Minggu, 14 Agustus 2011

CINTA ANDA DITOLAK?

Mungkin artikel yang sejenis ini sudah pernah aku posting. Tapi nggak papa, walau dobel tentunya tak akan sama persis kata-katanya walau mungkin prinsipnya sama. Oke mari kita mulai.
Apakah Anda masih belum nggeh perihal cinta yang menawan jiwa Andre Maulana di artikel ini? Hm… memang sepertinya sulit. Lalu bagaimana dengan penjabaran mengenai sepenggal lirik lagu di sini? Agaknya tampak lebih mudah dicerna ya. Ya.. di sini sebenarnya ada pelajaran. Pelajaran apa? Ya tentu saja pelajaran tafsir menafsir. Sebuah kalimat bisa memiliki tafsir yang amat beragam tergantung dari siapa yang menafsir. Kedalaman tafsir itu disebut sebagai kesadaran. Oke.. oke.. aku perjelas lagi. Perhatikan lirik lagu berikut ini. Lirik lagu ini menyembul begitu saja ketika aku sedang mempertanyakan perihal Sang Cinta itu sendiri.
Pahami aku, aku ini kekasihmu… -juliet-
Bagi orang yang sedang kasmaran tentunya akan menganggap perihal kekasih ini melulu kepada cinta romantic antara dua orang manusia. Namun coba perhatikan lagi, apakah orang bisa memberikan cinta jika ia tak memiliki cinta? Analogi lain yang lebih sederhana misalnya apakah orang bisa memberikan uang jika ia tak memiliki uang? Tentu tak bisa bukan? Mungkin Anda masih mengelak, kan bisa ngutang? Ah.. itu persoalan lain. Di sini secara logic telah memaksa kita membuat sebuah kesimpulan bahwa memang kita tak bisa memberikan sesuatu jika kita tak memilikinya.
Jadi, kita harus memiliki cinta terlebih dahulu sebelum kita bisa memberikan cinta, itu jelas dan tak bisa ditawar-tawar. Lantas, cinta yang bagaimana yang harus dimiliki? Ya cinta sejati itu, Tuhan. Lhoh… apa hubungannya dengan Tuhan? Jika Anda belum pernah merasakan bagaimana mencintai seseorang pastinya memang hal ini lebih susah untuk dipahami. Akan tetapi jika Anda pernah merasakan jatuh cinta kemungkinan besar Anda akan lebih mudah memahami apa yang aku maksud.
Seorang yang lagi kasmaran akan dengan mudah melakukan pengorbanan-pengorbanan yang kadang tak masuk akal. Menunggu berjam-jam seolah jadi nikmat. Berdua berjam-jam seolah hanya sebentar. Rela begini begitu. Keegoisan diri seolah lenyap begitu saja entah kemana. Waktu menjadi mulur mungkret. Hati berbunga-bunga sepanjang hari. Senyam senyum sendiri kayak orang gila. Betul tidak?
Sama seperti orang yang lagi kasmaran. Orang yang cintanya ditolak harusnya juga dapat lebih memahami perihal cinta sejati. Perhatikan, orang yang cintanya ditolak itu gelegak cintanya sanggup mengatasi perasaan. Anda jangan salah persepsi dulu dengan orang yang cintanya ditolak. Jika ia benar-benar pecinta maka di puncak cintanya ia sanggup mengikhlaskan orang yang dicintainya walau dengan orang lain. Sayangnya, perihal pecinta sejati ini sering dikaburkan dalam opera-opera sabun di layar tv. Ya.. harap maklum, yang buat scenario cerita opera sabun di layar tv kan juga manusia. Seberapa dalam manusia pemahaman manusia itu terhadap cinta sejati tentu juga akan mempengaruhi scenario cerita yang dibuatnya. Makanya kita pun lantas sering mendengar ungkapan:
“mencintai tak harus memiliki”
“aku rela dia bersama orang lain. Aku turut bahagia ketika ia bahagia”
Ah… so sweet…. Prikitiew….
Jadi, secara tidak langsung opera-opera sabun, film, drama, acara di layar televisi dapat menggambarkan karakter orang yang bermain dibelakang layarnya. Dalam skala yang lebih luas, tontonan yang ada di televisi itu juga dapat menggambarkan seberapa dalam sebuah bangsa memahami cinta sejati, memahami Tuhan. Sebenarnya tak hanya dalam sandiwara yang dimainkan. Sebuah novel percintaan pun dapat kita nilai. Di sana akan jelas terlihat seberapa dalam si pengarang novel dalam memahami cinta sejati. Ada beberapa novel yang memiliki kedalaman makna, ada pula yang hanya dangkal saja. Sayangnya jika aku amati, novel-novel percintaan yang romantic justru lebih laku dibanding dengan novel yang gaya percintaannya lebih kearah “langit”. Jikalau demikian, tentunya Anda bisa menyimpulkan tingkat kesadaran masyarakat kita bukan?
Kita kembali lagi ke persoalan cinta yang ditolak. Sekarang coba Anda posisikan diri Anda sebagai orang yang sedang dicintai. Mungkin Anda merasa aneh, mangkel, dan bahkan akan menghindar. Ya… itu wajar karena pemahaman kita selama ini banyak menganggap bahwa kalau menyinggung masalah cinta akan selalu menjurusnya ke pernikahan. Apa benar demikian? Bukankah tadi kita sudah sepakat bahwa mencintai tak harus memiliki? Jadi, apa kesimpulannya?
Banyak hal yang bisa Anda simpulkan dari artikel sederhana ini.
Dasar segala cinta adalah Cinta Sejati alias Tuhan.
Semakin Anda sanggup mencintai maka semakin Anda mengenal Tuhan
Cermin sang pecinta pada hakikatnya akan memancarkan cinta dari Sang Cinta sejati karena manusia sebagai kepanjangan tangan dari Ar Rahman Ar Rahim
Semakin Anda mengenal Sang Cinta Sejati semakin Anda dapat menyayangi dan mengasihi segala makhluk yang ada di bumi ini. Ya hewan ya tumbuhan ya batu ya manusia tanpa embel-embel suku, agama, Negara, bangsa, dan apapun. Anda akan manunggal dengan Sang Cinta itu sendiri. Yang ada dalam diri Anda adalah kehendak bukan kemauan, bukan keinginan.
CINTA ANDA DITOLAK? TAK USAH HERAN. YANG BISA MENGERTI CINTA HANYALAH MEREKA YANG MENGENAL CINTA. SAMAHALNYA DENGAN ORANG YANG BISA MENIKMATI JENIS MUSIK TERTENTU, ITU JUGA MENGGAMBARKAN SEBERAPA DALAM ORANG MEMAHAMI SENI, MUSIK JAZZ MISALNYA. KENAPA SENIMAN SERING TERLIHAT ANEH DAN BERBEDA? APAKAH ANDA BISA MENIKMATI PUISI? ARTIKEL INI PUN BANYAK TERDAPAT RUANG TAFSIR YANG MENJADI DOMAIN ANDA.
Apa artikel ini mau dilanjutkan? Mungkin Anda lebih mengerti, Mungkin Anda sangat mengerti, mungkin Anda sedikit mengerti, mungkin Anda sama sekali tak mengerti. Jika Anda lebih mengerti maka aku mohon koreksilah artikel ini.

0 komentar: