Tersebutlah Paiman dan Paijo lagi ketemu di warung kopi dan ngobrol ngalor ngidul perihal iman dan cinta tanah air. Semula Paiman dengan semangat 45 bercerita tentang sejarah Negara Indonesia berikut tokoh-tokoh perjuangannya. Sejurus kemudian Paijo pun menanggapinya.
Paijo : Man, kamu itu Islam tho… apa pendapatmu jika ada segolongan orang yang bilang bahwa hukum syariat harus diterapkan di Indonesia? Al Quran konon kan kitab suci yang paling lengkap, di sana ada hukum-hukum Allah…
Paiman : Pancasila itu kan ada dalam Al Quran Jo… seperti musyawarah dan prinsip keadilan gitu…
Paijo : lhah, tapi kan Pancasila yg bikin manusia sedangkan konon Al Quran itu kan kalamullah. Kamu percaya Al Quran atau Pancasila yang bikinan manusia?
Dasar Paijo ini suka main-main, Paiman nggak bisa jawab…
Paijo : hm… gini aja Man, kita lupain dulu yang tadi. Kamu nglakuin rukun iman dan rukun islam itu kan karena kamu agamanya Islam. Sekarang kenapa kamu kok pilih agama Islam, kok nggak Hindu, kok nggak Budha? Keyakinan itu butuh pembuktian nggak Man?
Paiman : yakin ya yakin aja. Keyakinan nggak bisa dipaksakan. Di Al Quran kan disebutkan aku tak menyembah apa yang kamu sembah dan kamu tak menyembah apa yang aku sembah.
Paijo : lhoh, kalau gitu Tuhan ada banyak dong Man. Lha yang ciptain semua ini kan Tuhan Yang Esa. Di Al Quran itu kan ada. Katakanlah Allah itu Esa..
Paiman lagi-lagi hanya terdiam saja.
Apa yang dapat Anda petik dari diskusi ringan ini? Rasa-rasanya tidaklah bijak kalau keyakinan tak membutuhkan pembuktian. Di dalam Islam sendiri keyakinan itu bertingkat dari yakin, ainul yakin, sampai haqqul yakin. Taruhlah kita memesan kopi manis, lantas si penjual menyajikan segelas kopi dihadapan kita dengan mengatakan: ini kopi manisnya… maka inilah yang dinamakan yakin. Berbeda jika kita melihat si penjual sejak meramu kopi di dapur dalam artian kita melihat bahwa si penjual mencampurkan kopi, gula dan air panas maka ini disebut ainul yakin. Sedangkan haqul yakin adalah ketika kita meminum kopi yang tersaji tersebut dalam artian kita merasakan manisnya kopi tersebut.
Upaya menemui Tuhan selagi hidup adalah sebuah kewajiban yang paling penting agar semua itu bukanlah Cuma kata orang belaka.
0 komentar:
Posting Komentar