Panggilan adalah sebuah tindakan sadar yang dilakukan berdasarkan dorongan dari jiwa. Kali ini kita coba menilik seorang Steve Jobs, pendiri perusahaan Apple yang tak tamat kuliah itu. Kasus ini hampir mirip kisah kehidupan ilmuwan Einstein. Keduanya adalah contoh nyata orang yang mengikuti panggilan jiwanya.
Saya menduga –dan dengan yakin dugaan saya benar, bahwa selepas DO pandangan awam mengenai dua tokoh ini pasti negative, mulai dari cap bodoh sampai sindiran-sindiran nylekit lainnya. Namun saya tak akan memberikan justifikasi seperti mereka karena bagi saya sekolah ataupun kuliah hanyalah salah satu tempat pembelajaran. Dan ironisnya, hampir keseluruhan orang berpandangan bahwa jikalau saja tak mengenyam pendidikan formal maka otomatis menjadi madesu (masa depan suram).
Memang, sekarang ini jaman sedang terbolak-balik. Banyak orang melakukan sesuatu hanya atas pandangan orang belaka. Kita seringkali tidak bertindak alami, namun lebih sering didasarkan pada hal yang dianggap sebagai bentuk kewajaran. Kedua tokoh di atas sudah secara gamblang membuktikan bahwa nilai sebuah panggilan lebih berarti dibanding sesuatu yang dianggap sebagai kewajaran itu.
Hakikat diri
Nilai dari sebuah panggilan sejatinya adalah hakikat diri. Baru-baru ini saya melihat berita mengenai sosok ibu yang menuruti panggilan jiwanya sebagai pengasuh orang jompo. Bayangkan, mungkin sebagian besar dari kita menganggap pekerjaan itu adalah pekerjaan yang tidak produktif apalagi membahagiakan. Namun lagi-lagi hal ini terkait dengan panggilan jiwa. Mungkin bagi Anda demikian, tapi tidak bagi orang yang melakukan panggilan jiwanya.
Hal yang amat disayangkan adalah kebanyakan orang tidak tahu panggilan jiwanya. Mereka begitu tenggelam dalam kerja keras, melakukan apa yang menurut orang lain harus dilakukan. Idiom yang berlaku di masyarakat kita bahkan dunia adalah semakin keras orang bekerja semakin banyak hasil yang diperoleh. Ini jelas keliru. Jika kita amati, berapa milyar orang yang bekerja keras sekarang ini? Bahkan jika hasil selalu dinilai dari kerja keras, nyatanya kuli bangunan hanya mendapat upah yang sedikit. Lihatlah para bos perusahaan besar, mereka adalah orang-orang yang sama sekali tak menerapkan hukum kerja keras ini.
Mungkin Anda akan berargumen: bukankah sebelum berada di puncak tertinggi mereka juga bekerja keras. Ah… Anda mengada-ada, bagaimana bisa seseorang Anda katakan bekerja keras jika ia sungguh mencintai pekerjaannya. Apakah Anda juga akan menganggap seorang Thomas Alva Edison juga pekerja keras? Sungguh, jika Anda menyuruhnya bekerja lembur mengotak atik bola lampu ia tak segan-segan melakukannya. Bukan, bukan bekerja, ganti dengan berkarya. Kata “kerja” sudah terlalu masuk dalam alam bawah sadar Anda dengan konotasi yang negative.
Sekarang kita coba kaitkan dengan ajaran agama. Entah diposting keberapa saya lupa, disana saya mengutip hadis nabi: jika kalian serahkan suatu pekerjaan bukan pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Nah, bukankah sang rosul pun secara implicit “mengharuskan” demikian. Jika kita kupas secara mendalam kandungan pesan dalam hadist ini maka kita akan menemukan apa yang disebut sepagai panggilan jiwa. Panggilan jiwa pada akhirnya selalu menuju pada sebuah penggenalan diri. Ketika Anda hidup dengan menjalani panggilan jiwa Anda, maka pengaruh dan kekuatan Anda bertumbuh. Anda berkembang dan selalu terinspirasi dan menginspirasi. Anda akan selalu merasa bahagia menjalani hari-hari Anda, merasa berguna dan mendapatkan hidup yang berarti.
0 komentar:
Posting Komentar