Melengkapi artikel RONGRONGAN IDEOLOGI PANCASILA maka di sini silakan Anda uji keimanan Anda. Aku harap Anda masih memiliki rasa cinta tanah air di dada Anda. Coba Anda download lagu bersatulah Indonesia di sini. Setelah itu dengarkanlah dengan menggunakan headphone. Beberapa efek yang terjadi kemungkinan adalah sebagai berikut:
1. Kebanggaan Anda terhadap negeri ini bangkit. Mata Anda sembab dan tumbuhlah semangat nasionalisme yang menggeledek di dalam dada.
2. Anda tak merasakan efek apa-apa
Jujur saja, setiapkali aku mendengarkan lagu tersebut imajinasiku langsung melayang saat aku mendaki gunung bersama kawan-kawanku. Aku teringat betapa rasa saling memiliki begitu terasa dikala itu. Sesampainya di puncak pun ada gegap kebanggaan tersendiri pada keindahan nusantara ini. Terkadang aku juga teringat ketika aku dalam perjalanan ke Batam. Hatiku merasa trenyuh melihat kekontrasan yang ada selama perjalanan ke Bandara Soekarno-Hatta. Terlihat oleh mataku gubuk-gubuk reyot berdiri di tepi sungai yang amat kotor sedang di belakangnya terpampang lanskap gedung-gedung bertingkat yang tampak angkuh berdiri. Sudah lama aku mendengar kejamnya kota Jakarta, namun ternyata lebih parah dari yang aku kira (bang iwan mode on).
Jika poin nomor satu Anda rasakan maka berarti setidak-tidaknya Anda masih memiliki ikatan hati dengan tanah air Anda. Dan memang seharusnya demikianlah yang terjadi. Minggu ini menjelang hari kemerdekaan Negara kita, aku kembali teringat ketika dulu masih langganan jadi komandan kirab panji, komandan upacara tiap senin, dan menjadi anggota koor paduan suara. Aku kembali terbayang ketika sang saka berkibar-kibar dengan gagah di langit nusantara. Pernah aku sampai terhanyut dalam imajiku sendiri hingga aku lupa untuk memberikan komando setelah lagu kebangsaan usai dikumandangkan mengiringi tim pengerek bendera. Terang saja, hormat bendera menjadi lebih lama sampai aku sadar telah diberi isyarat salah seorang guru untuk segera mengakhiri acara hormat bendera kala itu hahaha.
Hmmm… sampai sini dulu ceritanya. Sekarang apakah Anda sudah mendownload dzikir Asmaul Husna yang sudah aku mixing di sini. Jika sudah maka dengarkanlah juga salah satu audio bonus tersebut. Mungkin kemaren aku lupa memberikan panduan cara mendengarkannya. Baik.. baik… caranya sebagai berikut:
1. Tundukkan jiwa dan hati Anda.
2. Lepaskan segala kemelekatan baik itu harta, tahta, wanita, dan jika mungkin label agama yang Anda anut.
3. Serahkan diri Anda kepada Sang Maha Hidup.
Setelah mendengarkan periksalah beberapa efek yang mungkin Anda rasakan seperti berikut ini:
1. Ada perasaan ingin menangis
2. Ada getaran di dalam dada bahkan disekujur tubuh
3. Bagi yang peka, ada getaran dan hembusan angin di daerah cakra mahkota/ubun-ubun dan cakra ajna
4. Tidak merasakan efek apa-apa
Jika Anda masih merasakan efek maka syukur Alhamdulillah, semoga masih ada keimanan di dalam dada. Nah sekarang bagaimana dengan note mengenai rongrongan ideology Pancasila di sini? Bagaimana dengan rasa cinta tanah air yang menggeledek di dalam dada?
Lhoh kok sama-sama bikin trenyuh. Hmmm bagi aku pribadi memang haruslah demikian. Kita jelas memiliki hubungan kontak dengan tanah air Indonesia. Para leluhur mbrojolnya ya di sini, kita pun juga di sini. Dengan demikian maka sudah barang tentu kita memiliki ikatan batin di sini. Itulah wujud cinta yang secara local jelas akan tumbuh di hati kita. Samahalnya ketika seorang ibu tetap akan mencintai anaknya walau ia berbeda keyakinan atau pun sebaliknya. Kita satu keluarga yang disekat dengan label bangsa dan Negara. Dan memang manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling menindas, menjajah, dan bunuh membunuh kenal mengenal.
Terkadang perasaan rasis tercipta di sini. Kelompok anu menganggap dirinya lebih unggul dibanding kelompok lain, suku anu, Negara anu, keyakinan anu dan berjenis-jenis anu-anu yang lainnya. Lantas beberapa kelompok yang merasa lebih unggul tadi memaksakan apa yang menjadi citra dirinya kepada golongan lain, suku lain, bangsa lain, ataupun Negara lain. Mulai dari sini terciptalah benturan-benturan yang seharusnya tak perlu (dan perlu) terjadi jikalau manusia mampu menyadari keberadaan dirinya di panggung sandiwara ini sebenarnya untuk apa?
Lhoh kok pakai dalam kurung “perlu” segala. Ya.. jika tak terjadi polaritas baik buruk, benar salah, terpisah menyatu, bagaimana kita bisa menyadari sesuatu itu berbeda? Semuanya haruslah dirasakan karena memang di dunia inilah kesadaran sang jiwa bisa ditingkatkan. Yaya… lalu bagaimana tadi dengan cinta tanah air dan masalah iman?
Hm… hm… hm… mulai sampai sini pokok bahasan kita sedikit rumit. Mau tak mau kita harus memahami definisi cinta dengan segala teorinya. Teori cinta… ah cinta kok pakai teori. Beberapa kelompok lantas dengan sangat lantang bicara: ikatan iman lebih tinggi tingkatannya, ikatan iman… ikatan iman… begitu bunyinya. Oleh karena itu lantas saudara kita itu mengharamkan adanya cinta tanah air atau nasionalisme. Bagaimana ini? Masak cinta tanah air kok ngga boleh, apakah cinta kepada tanah air itu bertentangan dengan iman? Iman yang dipahami itu iman yang seperti apa?
Makrifat cinta
Aku tak mau berpanjang lebar dengan teorema cinta, baiknya kita langsung saja masuk dalam intinya. Coba Anda perhatikan diagram berikut ini.
Taruhlah huruf-huruf a, b, c dst tersebut adalah manusia. Kita sama setuju bahwa manusia itu unik, tak sama antara satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya ada a, b, c, d dst. Selanjutnya lihat titik o sebagai pusat orbit. Anda bisa mengganti o dengan hobi, pekerjaan, atau agama misalnya. Perhatikan hubungan a dengan b dan bandingkan dengan hubungan a dan e. Kesemua orang dalam himpunan ini memiliki kerinduan yang sama antara satu dan yang lainnya. Akan tetapi, walaupun demikian keintiman antara a dan b tetaplah berbeda dengan a dan e. Fakta yang ada di lapangan pun menunjukkan demikian. Walau sama-sama beragama Islam, nyatanya ada paham a, b, c, d dan seterusnya. Dapat dikatakan juga bahwa kepahaman a dan b atau a dan e berbeda namun a lebih bisa memahami b dibanding e. Perbedaan kepahaman ini dapat menimbulkan benturan-benturan. Anda dapat lihat kenyataan yang ada di Negara kita.
Ini baru sebatas hubungan keintiman beberapa orang yang dikelompokkan dalam satu orbit agama. Itu pun masih dapat menimbulkan konflik. Nyatanya agama bukan hanya satu saja. Banyak bermacam-macam agama di dunia ini. Oleh karena itu, tak heran jika benturan-benturan niscaya terjadi dalam kehidupan di dunia ini. Bukankah hal ini juga dikisahkan saat Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi? Saat itu Jibril bertannya: Ya Tuhan, kenapa Engkau memberikan amanah kepada manusia yang hanya akan menumpahkan darah di bumi?
Sekarang kita mencoba mengganti o dengan yang meliputi segala sesuatu. Apa yang meliputi segala sesuatu? Tentu saja Tuhan. Oleh karena itu aku pun sering bilang: Tuhan jangan diturunkan tahtanya menjadi kitab. Coba Anda perhatikan lagi, jika setiap manusia sama mendekat dengan orbit (Tuhan), maka tak ada lagi jarak antara a dan b, pun demikian a dengan e. Semua memiliki kepahaman yang sama.
“lhoh, Tuhan Anda kan beda sama Tuhanku”
Ah, jika keyakinan Anda demikian ya sudah. Kita tampaknya tak bisa mencapai sebuah kesepahaman. Walau demikian, tolong renungkan. Jika Tuhan ada banyak, pastinya Tuhan pun juga akan saling menguasai, kecuali ada Tuhan yang tingkatannya dibawah Tuhan yang lainnya. Jika begitu, apakah ia pantas disebut Tuhan? Tuhan itu Esa.
Setelah membaca artikel ini, apa yang berkelebat dalam pikiran Anda ketika ada pernyataan: ikatan iman lebih tinggi dari ikatan darah. Bagaimana pemahaman Anda sekarang mengenai ikatan iman? Iman itu yang bagaimana?
Beberapa reaksi yang mungkin Anda rasakan setelah membaca artikel ini mungkin sebagai berikut:
1. Anda tak paham sama sekali
2. Anda paham sebagian
3. Anda senyam senyum sendiri
Sekian lama mencari, aku pun baru memahami betapa tinggi spiritualitas para leluhur bangsa sehingga menjadikan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa. Bagiku, mereka pantas disebut sebagai ulul albab.