Ingin kutulis sebait puisi dari abjad abjadmu yang berjatuhan di pipi.
Namun apa hendak kau kata.
Tak sempat kukantongi abjad abjadmu itu.
Kau biarkan mereka berjatuhan di tanah, tempat kembali kita.
Namun sempat kubaca 4 buah abjad, sebelum dia bergulir pelan pelan, menelusur parit parit di pipimu, dan jatuh ke tanah. 2 vokal 2 konsonan.
Rupa rupanya itu tetes tetes terakhir sebelum mata air di pelupuk matamu tlah mengering.
Kau menjelma jadi kemarau yang ranggas, berpaling, dan diam serupa kubur batu.
Ah.. Di sini malam semakin pekat dan sunyi.
Sepekat ampas kopi, sesunyi kubur batumu itu.
Hanya celoteh celoteh jangkrik dan seekor pungguk yang menemani.
Tak bisa kurangkai 4 buah abjad jadi seikat puisi cinta kecuali jadi sebuah kata
-M a a f-
yang kutitipkan pada seekor pungguk jantan.
0 komentar:
Posting Komentar