Minggu, 01 Mei 2011

Sebuah Riwayat Malam yang tak Kau Tahu

" Kapan kau dewasa?"

Aku berteriak menyumpahi riak-riak gelombang yang beranak pinak
rembulan dan bintang gemintang hanya terdiam, menyaksikan hawa iblis keluar dari ubun-ubunku
sejenak anginpun berhenti mendesir
mengundang senyap yang selalu melekat di pekuburan lengkap dengan pungguk jantannya

sunyi...

aku berhenti mengumpat, kulihat sekeliling
semua tampak takzim mewiridkanku
pungguk jantanpun khusuk masyuk menatapku dengan sorot mata yang muram
ah.. kasihan, pikirku.
sorot mata elangku yang tajam dan ganas mungkin serasa menusuk-nusuk tubuhnya
membuat gigil tulang belulangnya
takut, seolah akan kucengkram dan kuremukkan tubuhnya dengan cakar-cakarku yang haus darah

lalu, aku kembali duduk
merebahkan tubuhku pada dinding-dinding karang
sunyi tlah memadamkan amuk iblisku, melindap hingga rantai-rantai DNA-ku merembes begitu dalam
"aku tak mungkin marah padamu, tapi tak adil juga jika kuhempaskan amuk iblisku pada reriak gelombang yang tak berdosa, apalagi pada seekor pungguk jantan yang terpekur tanpa daya, sial..." kataku.
kembali aku termenung sendiri, mengikuti sunyi yang semakin mengendap, menatapi suar dikejauhan dan sesekali menghitung bintang-bintang

Ah.. bintang, setengah purnama sudah kau selalu menungguiku di sini, maafkan aku tadi.
sejenak bayang-bayangmu datang seiring dengan malam yang semakin pekat, sepekat ampas kopi.
bayang serupa wajahmu tampak muram berkabut. mungkin itu cermin mukamu di sana, pikirku.

Ya ya ya.. apa hendak harus kukata
apa hendak harus kulakukan
apakah harus kubuat candi serupa prambanan untukmu?
apakah harus kukirimkan seikat puisi pada tiap gerbang mimpi malammu?
tak tahu.. aku tak tahu harus apa
seekor pungguk jantan sudah terlalu lelah mengirimkan 4 buah abjad kepadamu kemaren

malam dan sunyi semakin lindap dan mengendap
mengemasi setiap kemurkaan yang tersisa
kembali aku termenung seperti hari-hari yang lalu
membakar sebatang sigaret dan berharap wajahmu tergambar dalam kepul asapnya.
sebuah wajah dengan senyum simpul yang lucu.

pungguk jantan kembali menatapku.
tapi kini matanya berbinar seperti hari-hari yang lalu
dan sorot mata elangku pun kembali ramah menatapnya.

Batam, 30 Agustus 2009

0 komentar: