Senin, 14 Maret 2011

SEKS ATAU CINTA

Lanjutan....


"Kamu kenapa, Dini? cerita sama mama". Dini tetap saja terdiam. Mamanya makin penasaran. "Ayo, cerita sama mama, kali ini mama tak akan marah, kamu kenapa Din?". "Janji ya ma... ", suara Dini terdengar lirih terdengar. "Iya mama janji, cerita sama mama Din". "Ma, aku minta satu hal, mohon kali ini kabulkan ya ma". Memang sejak ia kecil sampai sekarang tak pernah Dini meminta sesuatu kepada orang tuanya. "Iya anakku, kamu minta apa?". "ma, ijinkan Dini menangis". Tak sampai tiga detik setelah Dini mengungkapkan keinginannya, air mata dari pelupuk matanya membanjir membasahi lekuk-lekuk pipinya. Sebagai seorang ibu, mamanya tak kuasa melihat kesedihan anaknya. Serta merta ia memeluk anak gadisnya dengan segala rasa penasaran atas apa yang terjadi padanya.

Akan tetapi apa mau dikata, Dini gadis manis itu tetap saja diam seribu bahasa. Hanya bahasa tangislah yang disampaikan kepada ibunya. Sebuah tangis yang memilukan seperti jerit hati yang sungguh menyayat hingga ke lubuk hati diri yang paling dalam. Ada apa gerangan?




Sang ibu segera mencari tahu. Hari demi hari keadaan Dini semakin parah. Sudah tiga hari ia tak masuk sekolah. Terasa ada ganjalan dan beban yang begitu berat di kepalanya. Singkatnya, Dini gadis manis itu stress berat. Pagi itu sang ibu mengunjungi sekolah tempat Dini menuntut ilmu. Kepada guru BK sang ibu bertanya: "kira-kira masalah apa yang dialami anak saya bu?". Tentu saja sang guru tak bisa bercerita banyak. Hanyalah analisa-analisa paling umum yang dapat diberikan kepada sang ibu. "Lebih baiknya kita tanyakan kepada teman dekat si Dini saja Bu. Remaja perempuan normalnya akan mencurahkan permasalahannya kepada orang terdekatnya?".


Santi, teman sebangku Dini akhirnya dipanggil ke ruang BK. "Wah, kalau masalah Dini saya kurang tahu Bu. Kami biasanya hanya ngobrol masalah pelajaran saja. Di sekolah, Dini juga tak punya teman dekat. Dia itu cenderung menyendiri Bu". Alamakjang... habis sudah harapan satu-satunya. Bahkan teman sebangkunya pun tak tahu apa yang terjadi.


Di kamar Dini hanya menangis. Menangis dan menangis lagi. Hanya catatan hariannyalah yang menjadi teman pelipur laranya. Segala bentuk kegundahan rasa ditumpahkan kepadanya. Sebuah kertas kumal yang selalu saja dibaca sendiri olehnya. Berulang dan berulang lagi.


Senin, 15 Jan 2010
A...setelah sebulan kita bersama, aku masih saja tak mengerti apa maumu. K sudah 2 bulan lalu memutus hubungannya denganku. Aku sangat kesepian A.. tapi kenapa juga kau seperti K.. mencampakkan diriku begitu saja. Aku muak dengan cinta. Aku belajar dari hubunganku dengan K. Mungkin karena aku tak mau melakukannya waktu itu. Atau karena apa? Aku sudah menyerahkan semuanya kepadamu A.. Apa yang kau mau aku berikan. Tapi mengapa A.. mengapa.....


Air matanya kembali menetes mengaliri lekuk-lekuk pipi yang mulus itu. Sangat disanyangkan memang. Dini remaja manis yang selalu tersenyum itu kini berubah drastis. Dari luar memang ia sepertinya ia tegar, tapi nyatanya cinta telah menggerogoti kediriannya. cinta telah melimat jiwanya. Ibarat sebuah pohon besar yang digerogoti ribuan rayap hingga menembus galihnya. Benar-benar, Dini hancur...
Logika tak berarti lagi baginya. Entah, setan apa yang sejurus merasuki gadis manis itu. Diambilnya sebotol racun serangga dan dibawanya ke kamar mandi. Dini, gadis manis itu berniat bunuh diri.


"Dini, Dini.. kau di mana Din?" ibunya yang baru saja pulang mencari anak gadis satu-satunya itu. Ia tampak kebingungan. Dan di tengah kebingungannya tak sengaja ia melihat sebuah buku dan pulpen tergeletak atas dipan kamar. "Dini, maafkan mama" sebuah penyelasan yang teramat dalam dirasakan oleh ibu Dini. Akan tetapi masalah tak berhenti di situ. Sang ibu tak kuasa menahan tangis ketika tahu anaknya mengunci diri di kamar mandi. Berkali-kali pintu di ketuk masih saja tak ada jawaban. Ibu Dini panik, ia menjerit-jerit memanggil nama anak gadisnya. Sontak saja suara itu mengundang para tetangga. Mau tak mau pintu itu di dobrak. Alangkah terkejutnya sang mama. Ia langsung pingsan melihat anaknya tergeletak lemas dengan busa keluar dari mulutnya. Sebotol racun serangga pun tampak tergelatak bersebelahan dengan tubuh si Dini.


-------------------------------------


"Engkau boleh menangis Din. Maafkan mama dan papa. Kami terlampau keras denganmu" itulah kata penyesalan orang tua kepada anaknya. Kini keluarga itu seperti keluarga baru, dengan hidup yang baru...


the end...


Nb: sesaat setelah pintu didobrak dengan segera atas inisiatif warga Dini langsung di bawa ke Rumah Sakit. Nyawanya tertolong, sungguh sangat beruntung keluarga itu.








Begini harusnya keluarga, fotho dari: adasena.blogdetik.com

0 komentar: