Pertanyaan itu walaupun terkesan sepele namun memiliki tingkat kedalaman yang luar biasa tingginya. Jika saja kita tak jelas dan tak bisa mengungkapkan apa yang menjadi pencarian kita dalam hidup maka dapat dipastikan, ibarat bahtera yang tak tahu harus menuju kemana, ia hanya terombang ambing di lautan, diterjang badai dan angin. Tak bisa membaca gemerlap bintang yang jadi suar.
Bijaknya kita tanyakan pertanyaan itu pada diri kita masing-masing. Apakah selama ini kita sudah jelas
menggambarkan track kehidupan kita seperti apa. Gagal merencanakan berarti gagal dalam kehidupan. Ciri paling dominan yang kerap mewarnai kehidupan tanpa pencarian yang jelas ini setidaknya dapat digambarkan sebagai berikut:
Hidup tanpa makna
Hidup yang menjemukan
Kerja yang menyiksa diri
Kerja yang tak memberi kepuasan
Tak ada gairah hidup
Ya, jika saja Anda berada dalam situasi dan kondisi yang mencerminkan setidaknya salah satu dari kelima hal tersebut, maka Anda harus mengkaji ulang. Mempertanyakan kepada diri Anda sendiri, bahwa apa yang sebenarnya Anda cari dalam hidup ini?
Sebaliknya, jika kelima hal tersebut jarang atau bahkan tak menyelinap di kehidupan Anda maka aku ucapkan selamat kepada Anda. Anda sudah berada dalam track yang benar. Dan bisa aku tebak bahwa apa yang Anda rasakan setidaknya ada salah satu di antara tanda-tanda di bawah ini:
1. Anda sangat bersemangat menyambut hari.
2. Hidup Anda terasa bermakna
3. Anda merasa memiliki amanah dan misi dalam hidup
4. Hari-hari Anda berisi penuh tantangan yang membangkitkan gairah.
5. Anda tenggelam dalam pekerjaan Anda.
Ya, semoga saja apa yang Anda alami adalah kelima hal yang terakhir. Jika apa yang Anda rasakan adalah kelima hal yang pertama, nggak papa juga. Yang terpenting kita mau untuk terus berproses. Dan memang, selama hidup kita akan terus berproses. Proses menandakan kehidupan masih berlangsung.
Selanjutnya, mari kita telisik lebih jauh beberapa hal yang paling kerap dicari oleh manusia selama kehidupan mereka. Di sini, aku tak hendak mengeyampingkan ajaran dalam agama. Jikalau berpedoman pada kitab suci, maka kita akan menemui jawaban yang sangat umum yaitu:
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku.
-Q. S. Adz-Dzariyaat (51) : 56
Sangat simpel bukan? Makna ayat itu seratus persen benar, tapi kebenaran itu tak akan dapat kita yakini, pahami, renungi dengan baik jika kita tak mengalaminya sendiri. Kita harus serius mencarinya, dan pada saatnya nanti kita akan berkata: wah, bener juga ya. Kebenaran itu nanti harus Anda buktikan sendiri.
Baik, baik, kita kembali dulu pada pertanyaan sebelumnya (tanpa pedoman kitab suci). Kira-kira apa yang akan diucapkan orang ketika disodorkan pertanyaan: apa yang Anda cari dalam hidup?
Jika boleh aku menduga-duga tentunya jawaban yang akan terlontar tak akan jauh dari tiga hal ini, yaitu:
1. Pengen kaya
2. Pengen bahagia
3. Pengen sukses
Benar tidak? Lihat saja buku-buku yang terpajang di rak-rak toko buku itu. Terutama yang berjenis buku motivasi dan pengembangan diri. Rata-rata di dalam buku tersebut berisi panduan bagaimana untuk bisa menjadi kaya. Ada yang nyuruh jadi pengusaha, ada yang menyangkal jadi karyawan saja, dan sebagainya. Iya kan?
Jika tidak menjadi kaya pasti kemungkinan lainnya ya yang dua itu: menjadi bahagia atau menjadi sukses. Hal itu menandakan bahwa masyarakat kita masih haus akan tema-tema kebumian alias pemenuhan materi.
Sayangnya, apakah Anda tahu dan paham betul apa itu kaya, bahagia, dan sukses? Tolong sejenak Anda diam dulu dan menanyakan kepada diri Anda sendiri. Setidaknya apakah Anda sekarang sudah kaya, bahagia, dan sukses?
Saudara, dulu ketika umurku genap seperenam abad aku seringkali menanyakan hal itu pada diriku sendiri. Aku pun bertemu dengan orang-orang yang bagi pandangan awam pasti mereka layak disebut kaya, bahagia, atau orang sukses. Akan tetapi, justru kebanyakan dari mereka malah mempertanyakan: kenapa walau apa yang aku inginkan sudah tercapai semua tapi kok hidup ini terasa hampa tanpa makna.
Kisah motivator
“lhoh, kok pengen mati Pak”
“Iya mas, aku ini dulu nggak tahu harus ngapain lagi. Semua yang aku ingin tinggal tunjuk begini begitu, tersedia. Walau masih hidup tapi rasanya kok seperti orang mati saja. Hidupku tanpa makna. Bahkan mas, kalau semisal orang napas itu harus bayar, aku bayar mas. Aku bisa merasakan hidup lagi ya setelah jadi pembicara, atau bahasa kerennya motivator. Dengan menjadi motivator, membantu mereka mewujudkan impian, rasanya aku seperti hidup lagi dan hidupku bermakna.”
Berdasarkan obrolan sejenak di atas, hikmah apa yang dapat Anda petik? Perhatikan, apa yang kebanyakan diinginkan oleh orang-orang sudah dimiliki oleh si bapak tadi. Dan aku ingin bertanya kepada Anda. Apakah sebelum menjadi motivator si bapak itu bisa disebut:
- Kaya?
- Bahagia?
- Sukses?
Yup, ternyata apa yang disebut kaya, bahagia, dan sukses itu sangat absurd bukan? Sebelum menjadi seorang motivator, jika diukur secara materi, bapak itu cukup berkelimpahan. Bagaimana tidak? Bahkan katanya kalau semisal orang napas harus bayar, beliau sanggup membayar. Tentu hal ini adalah sebuah paradok. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, beliau juga bilang bahwa hidupnya tanpa makna. Jika demikian, tentu selain tak merasakan kekayaan, beliau juga tak merasakan kesuksesan hidup. Dampak lainnya jelas, beliau juga tak merasakan kebahagiaan.
Jika saja belum pernah menjumpai orang semacam ini, Anda mungkin tak akan percaya. Ah, masak sih? Orang sudah punya banyak uang banyak gitu kok nggak merasa kaya. Dan inilah jawabannya: semua itu karena Anda belum pernah merasakannya. Kemungkinan lainnya, Anda baru dalam tahap ingin mengejarnya. Pikiran semacam ini biasanya mampir di kepala orang-orang yang sudah sepuh, saat anak-anaknya sudah mandiri, saat rumah mulai sepi kembali.
draft buku ke-2 Spirit of the Eagle
(gara-gara Mas Bambang Trim jadi demen bikin buku)
0 komentar:
Posting Komentar