Sabtu, 09 April 2011

MEMAHAMI CARA KERJA OTAK

Pernahkah Anda mengalami “bencana” yang datang beruntun dalam satu hari. Sebagai contoh, ketika Anda harus memberikan presentasi penting bagi kemajuan karier, tiba-tiba datang telepon dari rumah yang mengabarkan bahwa anak Anda yang masih kecil dilarikan ke rumah sakit karena mendadak badannya panas tinggi. Lalu ketika berusaha menenangkan diri dengan meneguk secangkir kopi, tanpa sengaja tangan tersenggol pinggiran meja sehingga sebagian kopi tumpah ke baju. Bisa juga saat itu Anda sedang berkonsentrasi penuh karena sedang menghadapi deadline pekerjaan. Tiba-tiba datang teman atau kerabat yang butuh pertolongan segera, atau ada berita menyedihkan yang datang dari orang yang paling kita sayangi. Tapi mungkin juga, kita memang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang “berbakat” mengubah suasana kerja atau suasana rumah menjadi tidak menyenangkan.

Di saat muncul banyak masalah, baik di kantor maupun di rumah, kita cenderung bereaksi dengan panik dan memunculkan emosi negatif. Padahal kepanikan justru membuat kita semakin sulit berkonsentrasi. Jika konsentrasi buyar, kita menjadi semakin cemas. Apa yang bisa dilakukan dalam kondisi demikian? Sebenarnya hal-hal semacam itu akan lebih mudah diatasi kalau kita memahami cara bekerjanya otak. Kita perlu memiliki ketrampilan mengendalikan gelombang otak yang bisa memudahkan kita menenangkan diri di saat panik. Dengan memahami posisi gelombang otak, kita bisa mengatur mood sehingga selalu merasa bahagia, juga sukses dengan setiap hal yang kita lakukan.

Untuk mencapai kebahagiaan lewat kendali gelombang otak, kita bisa belajar dari anak-anak. Pernahkah
Anda memperhatikan anak-anak ketika sedang bermain dengan teman-temannya? Lihatlah betapa mudahnya mereka tertawa bahagia. Meskipun mungkin baru saja saling mencakar dan sama-sama menangis, tapi beberapa menit kemudian mereka seolah sudah melupakan tangisan dan sudah kembali bermain bersama dengan kompaknya.

Menurut Erbe Sentanu dari Katahani Institute, hal itu karena anak-anak masih mudah menyetel gelombang otaknya memasuki frekuensi alpha-theta. Frekuensi alpha-theta ini normalnya kita alami ketika sedang rileks, melamun dan berimajinasi. Berbeda dengan kondisi beta yang dominan ketika kita dalam kondisi sadar sepenuhnya dan lebih banyak menggunakan akal pikiran. Memasuki frekuensi alpha-theta itu sebenarnya merupakan ketrampilan manusia yang alami. Namun, ketika mulai sekolah, kita dikondisikan menyetel gelombang otak yang dominan beta. Jadi, begitu menjadi orang dewasa , keterampilan memasuki kondisi alpha-theta itu hilang. Apalagi tuntutan kehidupan modern membuat pikiran orang terfokus untuk bekerja keras demi tuntutan materi dan kehidupan yang konsumtif meskipun terpaksa mengurangi waktu tidur dan istirahat. Padahal saat tidur manusia seharusnya merasakan keempat frekuensi. Dari frekuensi beta di mana kita dalam kesadaran penuh, gelombang otak turun ke alpha ketika kedua mata tertutup, lalu masuk ke theta, dan akhirnya ke delta saat kita tertidur pulas tanpa mimpi. Karena waktu tidur kurang, maka kita cenderung kurang mengalami kondisi alpha-theta, akibatnya kita makin mudah stres.

Alfa-Theta, membuat tenang, bahagia dan kreatif. Kemampuan untuk secara temporer mengubah kesadaran diri satu frekuensi ke frekuensi yang lain adalah keterampilan yang sangat penting, karena efeknya akan membantu menyeimbangkan otak, hati, dan jiwa. Keterampilan itu membuat seseorang menjadi pandai membaca situasi dan pandai menempatkan diri dalam suasana apapun sehingga seolah-olah sellau berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat. Tentunya hal itu sangat penting untuk mendaki tangga kesuksesan dan mencapai kebahagiaan.


diselaraskan dari beberapa sumber, millis, dan mbah google

0 komentar: