Rabu, 13 April 2011

PERDEBATAN ITU BERNAMA KHILAFAH

Siang itu sebuah tempat di bumi ramai sekali suasananya. Di mimbar ada beberapa orang saja tapi dipelatarannya beribu-ribu orang menyimak dengan begitu saksama. Sesekali ada juga yang berteriak HIDUPKAN KHILAFAH, HIDUPKAN KHILAFAH!!! Kemudian yang lain pun menyahut ALLOHUAKBAR ALLOHUAKBAR!!!!. Sungguh kompak sekali orang-orang di sini. Namun tiba-tiba suasana berubah total saat sesi tannya jawab. Suasana menjadi hening, seorang pemuda memegang mikropon namun bukan pertanyaan yang diajukan tapi justru sebuah perintah.

“hentikan diskusi ini, kemasi barang-barang, pulang dan perbaiki sholat kalian”
Dengan mantap pemuda itu berkata-kata. Sontak semua mata tertuju padanya.

“hei, saudara kenapa Anda menyuruh kami demikian”

“Islam dapat tetap tegak berdiri jika sholat yang kita lakukan benar” jawab pemuda itu.

“kalian ini sudah merasa terlalu benar hingga sombong merasuki hati kalian. Dan tahukah kalian jika hati tertutupi oleh penyakit???? Hati bisa jadi terkunci mati”

“khilafah ini berdasarkan Al-Quran dan hadist”

“apakah kalian merasa benar dalam menafsirkan Al-Quran???. Kalian mengikuti siapa??? Tafsir siapa??? Tafsir para ulama??? Siapa ulama???. Wahai saudaraku, jika anda-anda sekalian ini menyebutku ulama, orang-orang seluruh Indonesia menyebutku ulama, atau bahkan orang orang di seluruh dunia menyebutku ulama, lalu apakah aku bisa disebut ulama?????”

“kalian ini seperti kisah Nabi Musa yang sedang berguru dengan Nabi Khidir. Kalian merasa perbuatan kalian ini benar, dan perbuatanku salah. Lalu perbuatan siapa yang benar benar perbuatan benar???. Kalian menafsirkan ayat-ayat Tuhan seenak perut sendiri sehingga orang lain yang berada di luar pendapat kalian adalah salah. Lalu sebenarnya siapa yang bisa menafsirkan ayat-ayat Tuhan???. Tidakkah Tuhan sendiri yang tahu apa yang termaktub dalam kitabNya??? Maka Tuhan sendirilah yang akan mengajari manusia memahami ayat-ayatNya. Beberapa tahun yang lalu aku merasa lucu sekali saat seorang yang bijak berkata: jangan kalian berobat ke Ponari. Itu perbuatan syirik. Ponari itu makhuk. Batu itu makhluk. Lhah. . apa bedanya dengan kita berobat ke dokter. Dokter itu makhluk. Obat itu makhluk. Bukankah sama saja. Bukankah Tuhan itu maha Berkehendak. Jika Tuhan berkehendak maka terjadilah. Bukankah demikian???? Sama saja ketika Tuhan memerintahkan musa: wahai Musa hantamlah laut itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan. Nah coba Anda bayangkan jika Musa menghantam lautan untuk keduakalinya apakah lautan akan terbelah kembali????. Bukankah yang bikin lautan terbelah itu adalah yang Maha Berkehendak????.

“ Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku berada dalam jalanMu”

Semua manusia di tempat itu menundukkan kepala. Bersama itu, pergilah sang pemuda tanpa disadari.

Bogor, 13 Januari 2010
MATA ELANG (DAS)

Monggo berkomentar...

0 komentar: